Fouling adalah kotoran pada lambung kapal yang disebabkan adanya tumbuhan dan hewan laut yang mengendap serta tumbuh pada bagian bawah garis air lambung kapal. Dengan banyaknya kotoran permukaan lambung kapal menjadi kasar dan hambatan kapal pada saat berlayar akan meningkat. Akibatnya, kecepatan kapal pada saat berlayar lebih lambat atau peningkatan konsumsi bahan bakar untuk mempertahankan kecepatan yang sama. Fouling pada air laut jauh lebih kuat daripada di air tawar. Ada banyak jenis organisme di air laut dan datang dalam jumlah yang besar.
Anti-fouling adalah teknik yang mencegah pengotoran atau mengurangi pertumbuhan organisme. Teknik yang paling umum digunakan adalah penggunaan pelapis khusus atau cat yang diterapkan pada bagian bawah garis air lambung kapal. Ada banyak jenis cat Anti-fouling, beberapa dibuat khusus untuk kapal rekreasi dan untuk kapal niaga. Berbagai jenis produk digunakan untuk kapal besar, tergantung pada kecepatan (lambat atau cepat) dan durasi siklus docking (2 – 5 tahun).
Cat Anti-fouling digunakan untuk melapisi bagian bawah kapal untuk mencegah organisme atau tumbuhan laut seperti alga dan moluska yang menempel pada lambung kapal yang dapat memperlambat laju kapal dan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Menurut konvensi International Maritime Organization (IMO), mendefinisikan “Anti-Fouling System” sebagai “lapisan, cat, perawatan permukaan, permukaan atau perangkat yang digunakan pada kapal untuk mengendalikan atau mencegah menempelnya organisme yang tidak diinginkan”.
Pada jaman dahulu pada saat kapal berlayar, kapur dan arsenik digunakan untuk melapisi lambung kapal, sampai akhirnya industri bahan kimia modern mengembangkan cat Anti-fouling yang efektif menggunakan senyawa logam. Senyawa ini perlahan “larut” ke dalam air laut, membunuh teritip dan organisme laut lainnya yang menempel di kapal. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa senyawa ini bertahan di air, membunuh organisme laut, merusak lingkungan dan mungkin memasuki rantai makanan. Salah satu cat Anti-fouling yang paling efektif yang dikembangkan pada tahun 1960-an mengandung organotin tributyltin (TBT), yang telah terbukti merusak sistem kekebalan tubuh dari organisme dan malformasi cangkang kerang serta gangguan pada system endokrin kerang laut yang mengarah pada perkembangan karakteristik jenis kelamin laki-laki pada siput betina. Efek berbahaya bagi lingkungan dari senyawa organotin tributyltin (TBT) diakui oleh IMO pada tahun 1989.
Pada tahun 1990 Komite Perlindungan Lingkungan Kelautan (The Marine Environment Protection Committee/MEPC) IMO mengadopsi resolusi yang merekomendasikan bahwa Pemerintah harus mengadopsi langkah-langkah untuk menghilangkan penggunaan cat Anti-fouling yang mengandung organotin tributyltin (TBT) pada kapal yang menggunakan material non-aluminium dengan panjang kurang dari 25 meter dan menghilangkan penggunaan cat Anti-fouling dengan tingkat pencucian lebih dari 4 mikrogram organotin tributyltin (TBT) per hari. Pada tahun 2001 membuat konvensi The International Convention on the Control of Harmful Anti-fouling Systems on Ships, yang akan melarang penggunaan senyawa organotin berbahaya dalam cat anti-fouling yang digunakan di kapal dan akan membentuk mekanisme untuk mencegah potensi penggunaan zat berbahaya lainnya dalam sistem anti-fouling. Konvensi ini mulai berlaku pada 17 September 2008. Pemilik kapal harus menunjukkan bukti sistem anti-fouling yang diterapkan pada kapal mereka dengan menunjukan Certificate of Compliance. Pemerintah Indonesia telah meratifkasi konvensi tersebut dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pengesahan Konvensi Internasional Tentang Pengendalian Sistem-Sistem Anti Teritip Berbaya Pada Kapal-Kapal, 2001.
Salah satu komponen penting bagi pemilik dan operator kapal untuk memenuhi peraturan adalah memilih lapisan anti-fouling yang baik untuk lambung kapal serta untuk mengurangi emisi. Jenis cat anti-fouling yang digunakan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis kapal dan kegiatan operasionalnya. Aspek lain yang terkait dengan pengurangan konsumsi bahan bakar adalah menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca. Sebuah kapal yang dirawat dengan produk yang tepat juga dapat menghemat biaya operasional. Alasan paling penting untuk menggunakan anti-fouling adalah untuk mencegah konsumsi bahan bakar tambahan dengan demikian menghemat biaya operasional.